KELOTOK wisata belakangan menuai polemik di Kota Banjarmasin. Polemik bermula dari desain kelotok yang akan diterapkan. Pendapat pertama menginginkan, untuk kelotok khusus wisata, dibuat lebih aman sesuai standar wisata, yaitu tak boleh duduk di atas atap. Sehingga kelotok dibuat tak beratap dan dimodifikasi. Pendapat kedua, menginginkan ciri khas atap kelotok tetap dipertahankan. Sehingga kelotok dibuat separuh beratap. Bagaimana sih polemik ini berkembang?
DISHUB NILAI KELOTOK WISATA SAAT INI KURANG AMAN
Dinas Perhubungan Kota Banjarmasin menilai kelotok (perahu motor) wisata susur sungai yang sekarang ramai menjadi salah satu wisata Kota Banjarmasin harus memperhatikan keselamatan penumpang wisata susur sungai.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Perhubungan Kota Banjarmasin, Ichwan Noor Chalik. Ia mengatakan kelotok yang dipakai saat ini untuk membawa wisatawan susur sungai kurang memperhatikan keselamatan penumpang.
Menurut Ichwan kelotok yang saat ini tersedia bukan termasuk kelotok wisata, ia membandingkan dengan perahu motor yang ada di Singapore seperti Pulau Sentosa.
"Kelotoknya kecil saja tetapi sudah ada bangkunya untuk kenyamanan dan memperhatikan keselamatan penumpang," ungkap Ichwan.
Ichwan menyampaikan Dinas Perhubungan masih dalam tahap merancang contoh kelotok yang mengutamakan safety dan nantinya menjadi patokan untuk renovasi kelotok yang sekarang tersedia.
ilustrasi: mylittleadventure.nl |
"Kita masih dalam tahap merancang, setelah merancang ini nanti kita launching kemudian kita cari investor yang mau bekerjasama dalam merenovasi bentuk kelotok wisata sekarang untuk dijadikan seperti desain dari Dishub nanti," ujar Ichwan.
Ichwan menegaskan memang untuk sementara tidak ada korban dari kelotok yang tidak aman di tumpangi tersebut ketika berada di atas atap, tetapi tidak ada yang mengetahui untuk ke depannya.
"Semoga saja seperti ini dan tidak akan pernah ada korban, saya paham orang Banjar mayoritas memang bisa berenang, tetapi ketika yang tidak bisa mengikuti ke atas atap kelotok, lalu siapa yang mau tanggung jawab, maka karena ini kami masih mengevaluasi kelotok wisata ini," kata Ichwan.
WALI KOTA TEMUI JURAGAN KELOTOK
Para juragan kelotok di Siring Menara Pandang dan Patung Bekantan menemui Wali Kota Banjarmasin, (3/2/2019) di rumah dinas. Mengenai larangan Dishub untuk tidak menaikkan penumpang di atas atap kelotok, telah menemukan titik kesepakatan.
Kesepakatannya, kelotok tetap bisa beroperasi seperti biasa, namun tetap mengimbau penumpang agar tidak naik ke atas atap kelotok. Nantinya, secara bertahap, kelotok susur sungai akan diubah desainnya. Model terbuka, sehingga untuk menikmati angin sepoi-sepoi tak perlu naik ke atas atap kelotok. Selain membahayakan, juga tak memenuhi standar keamanan wisata.
Sebenarnya, Dishub telah membuat desain kelotok wisata, terinspirasi dari kapal wisata susur sungai di Singapura. Selain lebih aman, juga memenuhi standar wisata berkelas nasional. Untuk di Banjarmasin desain kelotok akan dipermak bertahap. Sementara akan ada empat kelotok sebagai permulaan.
"Alhamdulillah para juragan kelotok bersama tokoh masyarakat sudah ada titik temu. Nanti bertahap kita ubah desain kelotok ini supaya lebih aman dan nyaman," ujar Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina.
Menurut Ibnu, hal itu juga untuk memajukan wisata di kota seribu sungai. Karena wisatawan bukan hanya dari lokal, namun sudah mancanegara. Konsekuensinya, fasilitas, keamanan dan kenyamanan harus benar-benar mengikuti aturan dan standar yang ditetapkan.
MUNCUL IDE SEPARUH BERATAP
Perubahan desain kelotok (perahu motor) wisata susur sungai Kota Banjarmasin memasuki babak baru. Setelah diusulkan Dishub Banjarmasin agar dibuat tak beratap untuk keamanan penumpang, ada ide untuk mengambil jalan tengah. Seperti apa sih?
Dari 80 kelotok yang akan di make over, rata-rata pemilik kelotok masih menginginkan kelotok mereka masih mempunyai atap. Selain dianggap sebagai ciri khas kelotok Banjarmasin, juga ditambah minimnya biaya. Sehingga diambil konsep: separo beratap, separonya lagi terbuka.
Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata Disbudpar kota Banjarmasin, Khuzaimi menjelaskan, perubahan desain kelotok akan dilakukan bertahap dan tak serentak. Disbudpar pun, ujarnya, mengupayakan agar kelotok bisa lebih aman. "Kami tetap mempertahankan ciri khas kelotok Banjar," tuturnya kepada jurnalis BeritaBanjarmasin.com,(28/5/2019).
80 kelotok yang terdaftar di Disbudpar Banjarmasin, jelasnya, berasal dari tiga dermaga yakni Dermaga Patung Bekantan, Menara Pandang dan Dermaga Depot Soto Bang Amat di Banua Anyar. "Bentuknya tetap ada atap, tetapi hanya sebagian dari panjang kelotok, sedangkan bagian belakangnya dibuat tidak beratap dan disediakan tempat duduk terbuka," beber Khuzaimi.
Sebagai informasi, sebelumnya antara Dishub Banjarmasin dan pemilik kelotok sempat terjadi polemik. Dishub menyarankan kelotok wisata susur sungai dibuat tak beratap permanen dan disediakan tempat duduk terbuka. Agar penumpang tidak duduk di atas atap kelotok yang dinilai membahayakan. Apalagi, sudah ada contoh perahu susur sungai yang aman dan nyaman seperti di negara Singapura.
Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata Disbudpar kota Banjarmasin, Khuzaimi menjelaskan, perubahan desain kelotok akan dilakukan bertahap dan tak serentak. Disbudpar pun, ujarnya, mengupayakan agar kelotok bisa lebih aman. "Kami tetap mempertahankan ciri khas kelotok Banjar," tuturnya kepada jurnalis BeritaBanjarmasin.com,(28/5/2019).
80 kelotok yang terdaftar di Disbudpar Banjarmasin, jelasnya, berasal dari tiga dermaga yakni Dermaga Patung Bekantan, Menara Pandang dan Dermaga Depot Soto Bang Amat di Banua Anyar. "Bentuknya tetap ada atap, tetapi hanya sebagian dari panjang kelotok, sedangkan bagian belakangnya dibuat tidak beratap dan disediakan tempat duduk terbuka," beber Khuzaimi.
Sebagai informasi, sebelumnya antara Dishub Banjarmasin dan pemilik kelotok sempat terjadi polemik. Dishub menyarankan kelotok wisata susur sungai dibuat tak beratap permanen dan disediakan tempat duduk terbuka. Agar penumpang tidak duduk di atas atap kelotok yang dinilai membahayakan. Apalagi, sudah ada contoh perahu susur sungai yang aman dan nyaman seperti di negara Singapura.
DISHUB INGIN TEGAKKAN ATURAN
Kepala Dishub KotaBanjarmasin, Ichwan Noor Chalik menegaskan, larangan penumpang berada di atas atap kelotok sesudah sesuai dengan aturan. Selain itu, demi menjaga keamanan para penumpang kelotok susur sungai.
"Mungkin mereka belum menyadari bahayanya duduk ataupun berdiri di atas kelotok, kami cuma ingin menjaga keselamatan para penumpang," tegas Ichwan.
Ini demi keselamatan masyarakat, sesuai peraturan hukum yang berlaku tidak membenarkan penumpang susur sungai duduk di atas atap kelotok," jelasnya.
Ichwan menekankan, adanya penumpang di atas atap kelotok itu membahayakan. Sehingga perlu ditertibkan. Apalagi sudah ada solusi, yaitu mengubah desain kelotok di Siring Menara Pandang dan Patung Bekantan, lebih terbuka.
Sehingga tak perlu naik ke atas atap kelotok lagi jika ingin menikmati pemandangan sungai dan menikmati angin sepoi-sepoi.
DISHUB SEBUT ADA "OKNUM"?
Kepala Dinas Perhubungan Kota Banjarmasin Ichwan Nor Chalik mengaku tidak mengetahui adanya modifikasi kelotok (perahu motor) wisata yang diubah bentuk menjadi separuh terbuka dan separuh tertutup oleh Disbudpar Banjarmasin, (10/6/2019).
Ichwan menjelaskan hal itu tidak dibahas dalam rapat tiga kepala dinas, dalam menanggapi konflik modifikasi kelotok antara driver kelotok dengan Pemkot Banjarmasin beberapa waktu lalu.
Menurutnya rencana modifikasi kelotok wisata itu, dilakukan oknum Disbudpar tanpa sepengatahuan Dishub maupun Dinas Koperasi Kota Banjarmasin. "Rencana renovasi itu saya tidak tahu menahu," tegasnya kepada awak media.
Seharusnya, ujar Ichwan, harus ada kesepakatan tiga SKPD yang telah melakukan rapat dalam penyelesaian polemik yang masih belum ketemu titik terangnya tersebut.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin, Muhammad Ehsan El Haque juga mengaku tidak tahu-menahu, siapa oknum yang dimaksud Kadishub Banjarmasin itu. Ikhsan mengatakan hingga saat ini masih belum ada laporan apapun tentang hal itu. "Sampai saat ini saya tidak terima laporan," terang dia.
WALI KOTA TURUN TANGAN MENENGAHI
Menanggapi polemik desain modifikasi kelotok wisata antara Dishub dan Disbudpar, Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina angkat bicara. Menurutnya hanya ada kesalahan komunikasi saja.
Ibnu menjelaskan bahwa dirinya meminta desain kepada Disbudpar, yang nantinya bisa diterapkan di beberapa kelotok yang disiapkan.
Ibnu menjelaskan bahwa dirinya meminta desain kepada Disbudpar, yang nantinya bisa diterapkan di beberapa kelotok yang disiapkan.
Orang nomor satu di Kota Baiman itu juga mengatakan bahwa pada dasarnya sesuai hasil rapat beberapa waktu lalu, memang desain dari Dishub yang akan digunakan untuk memodifikasi kelotok wisata tersebut.
Namun, dijelaskannya lagi desain tersebut hanya perlu dikomunikasikan lagi mengenai biaya dengan dana yang cukup besar karena merenovasi seluruh klotok. "Sementara ada keinginan untuk yang simple saja separuh terbuka dan separuh tertutup, nah ini yang perlu disepakati bersama," jelasnya, (11/6/2019).
Menurutnya lagi, hingga sampai saat ini masih belum ada kesepakatan bersama untuk desain tersebut, untuk itu ujarnya segera dilakukan rapat intern duduk bersama menemukan solusi yang tepat.
Ia pun berharap untuk bisa diselesaikan secepatnya, dan ada kesepakatan bersama untuk modifikasi kelotok wisata, mengingat akan ada banyak event besar yang digelar pada beberapa bulan mendatang.
Namun, dijelaskannya lagi desain tersebut hanya perlu dikomunikasikan lagi mengenai biaya dengan dana yang cukup besar karena merenovasi seluruh klotok. "Sementara ada keinginan untuk yang simple saja separuh terbuka dan separuh tertutup, nah ini yang perlu disepakati bersama," jelasnya, (11/6/2019).
Menurutnya lagi, hingga sampai saat ini masih belum ada kesepakatan bersama untuk desain tersebut, untuk itu ujarnya segera dilakukan rapat intern duduk bersama menemukan solusi yang tepat.
Ia pun berharap untuk bisa diselesaikan secepatnya, dan ada kesepakatan bersama untuk modifikasi kelotok wisata, mengingat akan ada banyak event besar yang digelar pada beberapa bulan mendatang.
WAKIL RAKYAT DI DPRD BANJARMASIN ANGKAT SUARA
Ketua Fraksi PKS DPRD Banjarmasin, Awan Subarkah angkat bicara terkait desain kelotok wisata yang sedang berpolemik. Lalu bagaimanakah tanggapannya selaku legislatif mengenai hal tersebut?
Menurutnya mengubah desain kelotok yang sudah ada tidak perlu dilakukan karena merupakan model kelotok yang sudah ada dari dulu di Banjarmasin. "Anggap saja sebagai kearifan lokal," ungkapnya.
Menurutnya mengubah desain kelotok yang sudah ada tidak perlu dilakukan karena merupakan model kelotok yang sudah ada dari dulu di Banjarmasin. "Anggap saja sebagai kearifan lokal," ungkapnya.
Disampaikannya jikapun harus ada desain baru yang dianggap lebih bagus dan lebih pas dengan kondisi sekarang sifatnya tidak perlu dipaksakan kepada kelotok-kelotok yang sudah ada. "Tapi lebih tepat ditawarkan kepada pembuatan kelotok baru sehingga tidak membebani kepada pemilik kelotok yang ada," ujarnya kepada BeritaBanjarmasin.com, Rabu (12/6/2019).
Tentunya untuk pembuatan klotok-kelotok baru akan diarahkan mengikuti desain baru. "Kalo desain yang baru lebih bagus dan sejalan dengan peningkatan pariwisata khususnya sektor wisata sungai," jelasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, terakit perencanaan perubahan kelotok wisata, Dishub menyarankan kelotok wisata susur sungai dibuat tak beratap permanen (untuk keamanan penumpang) dan disediakan tempat duduk terbuka. Namun berbeda dengan yang direncanakan Disbudpar Banjarmasin yang tetap ingin mempertahankan ciri khas kelotok Banjar.
Dimana bentuknya dikatakan Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata Disbudpar kota Banjarmasin, Khuzaimi tetap ada atap, tetapi hanya sebagian dari panjang kelotok, sedangkan bagian belakangnya dibuat tidak beratap dan disediakan tempat duduk terbuka. (BeritaBanjarmasin.com)
Tentunya untuk pembuatan klotok-kelotok baru akan diarahkan mengikuti desain baru. "Kalo desain yang baru lebih bagus dan sejalan dengan peningkatan pariwisata khususnya sektor wisata sungai," jelasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, terakit perencanaan perubahan kelotok wisata, Dishub menyarankan kelotok wisata susur sungai dibuat tak beratap permanen (untuk keamanan penumpang) dan disediakan tempat duduk terbuka. Namun berbeda dengan yang direncanakan Disbudpar Banjarmasin yang tetap ingin mempertahankan ciri khas kelotok Banjar.
Dimana bentuknya dikatakan Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata Disbudpar kota Banjarmasin, Khuzaimi tetap ada atap, tetapi hanya sebagian dari panjang kelotok, sedangkan bagian belakangnya dibuat tidak beratap dan disediakan tempat duduk terbuka. (BeritaBanjarmasin.com)
Jurnalis: Arum, Maya
Posting Komentar